Roda Gilaz - Sheru Munshi Khan sejak berusia 6
tahun, diadopsi oleh keluarga Brierley di Australia setelah terpisah dengan
keluarganya di India. Suatu hari, dia teringat kenangan masa kecilnya dan ingin
kembali menemukan keluarganya di India.
Perjalanan
hidup Saroo ini dia tuangkan dalam sebuah buku berjudul A Long Way Home yang
dirilis pada 2014. Kisahnya membuat sutradara Garth Davis tertarik untuk
mengangkatnya ke layar lebar. Pada 2016, cerita hidup Saroo ini dirilis dalam
sebuah film berjudul Lion.
Dalam bahasa
Hindi, sheru berarti singa/ lion. Sheru juga memiliki arti lelaki pemberani.
Arti kata tersebut nampaknya sesuai dengan kisah hidup pria bernama Saroo
Brierly yang memiliki nama asli Sheru Munshi Khan.
Lahir di
Ganesh Talai, Khandwa, India, Saroo tinggal bersama ibu, kakak laki-laki,
Guddu, dan adik perempuannya dalam kemiskinan. Pada usia lima tahun, Saroo
sudah harus bekerja untuk makan dan mencari uang.
Suatu ketika
Saroo tidak sengaja tertidur di kereta barang yang membawanya pergi jauh
menempuh perjalanan 1.500 kilometer dari kampung halamannya.
Di Kolkata,
Saroo hidup di sekitar stasiun kereta api, dia bertahan hidup dengan mencari
sisa-sia makanan dan tidur di jalanan. Dia kemudian dibawa ke panti sosial dan
pindah ke lembaga adopsi di mana akhirnya dia diadopsi oleh keluarga Brierley
di Hobart, Tasmania, Australia.
Dua puluh
lima tahun berlalu, Saroo berusaha mencari kampung halamannya untuk bertemu
dengan ibu biologisnya. Pada 2012 dia menyelesaikan buku yang menceritakan
kisah hidupnya berjudul "A Long Way Home". Buku tersebut kemudian
diadaptasi dalam film "Lion".
Sang
sutradara Garth Davis membuka awal cerita dengan panorama India. Film dimulai
pada 1986 saat Saroo berusia lima tahun (Sunny Pawar). Sunny Pawar berhasil
mencuri perhatian melalui aktingnya yang sangat natural.
Bocah yang
kini berusia delapan tahun (berusia enam tahun saat casting) itu rasanya dapat
dengan mudah membuat penonton jatuh cinta kepadanya dan juga jatuh dalam cerita
aslinya.
Langkah kaki
dan tatapan mata Pawar betul-betul dapat menyampaikan perjuangan, ketakutan
sekaligus keberanian Saroo menjalani kehidupannya saat harus bertahan hidup di
Kolkata di mana Davis membawanya ke layar lebar dengan sangat jujur.
Pawar juga
mampu menunjukkan rasa terisolasi Saroo dalam hal komunikasi di mana dia hanya
bisa berbicara bahasa Hindi di tengah masyarakat yang menggunakan bahasa
Bengali.
Keberadaan
Pawar sebagai titik kecil di tengah luasnya dunia yang penuh dengan orang asing
digambarkan Davis dengan sangat natural. Davis juga menampilkan kejahatan yang
dapat menimpa anak-anak di jalanan.
Buku
diadaptasi dengan sangat apik dalam skenario ketika ada orang yang ingin
menolong Saroo untuk kembali pulang bertemu ibunya, namun justru ingin
memanfaatkan Saroo.
Skenario juga
sangat efektif untuk menerjemahkan kebimbangan Saroo saat akhirnya harus
menyerah untuk kembali pulang dan bersedia diadopsi. Momen patah hati ini
diperkuat dengan simfoni musik latar yang mendalam.
Sinematografi
yang indah juga ditampilkan saat Saroo tiba di Australia, bertemu dengan orang
tua angkatnya dan memasuki rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya secara
perlahan-lahan.
Lagi-lagi,
Pawar sukses membawakan adegan yang menggetarkan hati saat Saroo bertemu dengan
orang tua angkatnya Sue dan John Brierly yang diperankan Nicole Kidman dan David Wenham, di mana akting keduanya
juga patut diacungi jempol.
Dua puluh
tahun berselang, Saroo (Dev Patel) tumbuh sebagai anak yang membanggakan bagi
keluarga Brierly, sementara saudara angkatnya, Mantosh, masih trauma dengan
masa kecilnya.
Perbedaan
karakter antara Saroo dan Mantosh diperlihatkan dengan jelas melalui skenario.
Sensitifitas sutradara juga patut diapresiasi saat mengarahkan para aktor,
khususnya Kidman, mendalami karakter yang diterjemahkan dalam emosi.
Ketika Saroo
ke Melbourne untuk belajar manajemen hotel, dia jatuh hati pada gadis keturunan
Amerika; Lucy (Rooney Mara). Dia juga bertemu dengan teman-teman asal India,
yang memiliki ide untuk menjajaki kampung halamannya lewat teknologi Google Earth.
Patel bisa
dibilang memiliki sumbangsih besar membawa suasana perjuangan Saroo menemukan
kampung halaman sekaligus "ke-galau-an" di antara ibu biologis dan
ibu angkat, sedangkan Kidman menggambarkan kepedihan seorang ibu saat
dihadapkan dengan perilaku buruk anak angkatnya Mantosh.
Sementara
Saroo bergulat dengan memori masa kecilnya untuk menemukan ibu kandung, kakak
laki-laki dan adik perempuannya, sang kekasih yang awalnya mendukung dia
perlahan menjauhinya.
Elemen-elemen
tersebut membuat "Lion" sah menjadi film drama. Ditambah, kepiawaian
Davis dalam mengaduk-aduk emosi menjadikan film tersebut sulit untuk ditonton
tanpa meneteskan air mata.
Wajar jika
"Lion" diunggulkan dalam enam kategori Academy Awards 2017 yaitu film
terbaik, aktor pendukung terbaik (Dev Patel), aktris pendukung terbaik (Nicole
Kidman), skenario adaptasi terbaik (Luke Davies), sinematografi terbaik (Greig
Fraser) dan musik latar terbaik (Dustin Dustin O'Halloran dan Hauschka).
Setelah
bertemu ibu kandungnya, Saroo memutuskan untuk tetap tinggal di Hobart,
Tazmania, Australia. Dalam temu media peluncuran perdana "Lion" di
Festival Sinema Australia Indonesia, Saroo mengaku pernah mempertimbangkan
untuk membawa ibu kandungnya ke Australia.
"Tapi
ibu tinggal di sana sudah sangat lama, saya pikir transisi akan susah bagi dia,
saya juga tidak ingin memisahkan dia dari kampung halamannya, dari
teman-temannya, saya pikir sedikit jahat untuk melakukannya," ujar Saroo,
di Jakarta, Kamis (26/1/2017).
"Memang
terdengar bagus, tapi berkunjung 3-4 kali setahun itu menurut saya lebih baik.
Ibu memang mau tapi dia tidak menyadari bahwa itu perjalanan panjang , dia
tidak pernah di berada di dalam pesawat belasan jam, dan budaya di Australia
juga sangat berbeda. Jadi saya yang membawa Australia kepada ibu dengan kisah
yang saya ceritakan," sambung dia.
Sejak empat
tahun, setelah bertemu dengan ibunya, Saroo mengatakan telah kembali ke India
sebanyak 14 kali. Di akhir film diperlihatkan, Saroo bahkan membawa ibu
angkatnya untuk bertemu ibu kandungnya.
"Lewat
translator saya berbicara kepada ibu saya bagaimana penampilan saya dulu, apa
yang sudah kami lewati, kami masih dalam proses mengenal satu sama lain,
walaupun perlahan-lahan, ikatan itu ada," kata Saroo.
"Dia
senang, dia sekarang tahu nomor telepon saya, di mana saya hidup, saya juga
sangat bersyukur dia masih hidup," lanjut dia.
Sementara
itu, meski telah bertemu dengan ibu kandungnya, Saroo mengatakan tidak ada yang
berubah dari hubungannya bersama ibu angkatnya.
"Hobart,
Tazmania, bagi saya tempat yang aman, di sana ada hati saya dan di sana ada
orang yang membesarkan saya, dan apa yang terjadi sekarang tidak akan mengubah
apa pun," ujar Saroo.
Teks pada
layar di akhir film mengungkapkan bahwa 80.000 anak-anak di India hilang setiap
tahunnya. Film "Lion" kemudian berinisiasi untuk membantu anak-anak
di India dan seluruh dunia yang bernasib sama dengan Saroo.
"Kami
berkolaborasi dengan organisasi untuk mendukung anak-anak di India dan di
seluruh dunia. Masukkan email Anda di atas untuk melihat bagaimana film ini
membantu melindungi anak-anak jalanan dan bagaimana Anda dapat membantu kami
dalam membuat perbedaan," tulis situs lionmovie.com.
Dikutip
langsung dari : Antaranews
0 comments:
Post a Comment