Roda Gilaz, Jateng – Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Jawa Tengah menyebut bahwa sebaran bangan dan gizi di Jawa Tengah tidak merata.
Akibatnya, banyak terjadi ketimpangan dalam hal kesehatan di 35 daerah di
Jateng.
Anggota Komisi E DPRD Jateng, Karsono menyebut bahwa
momentum hari gizi dan makanan nasional yang jatuh pada 25 Januari menjadi
momen mengevaluasi kembali konsumsi tata laksana pedoman gizi seimbang pada
masyarakat Jateng.
“Sebagai provinsi yang menggunggulkan program pembangunan,
maka pemenuhan terhadap gizi dan makanan perlu diperhatikan karena adanya
keterkaitan bahwa pangan adalah komponen dasar mewujudkan sumberdaya manusia
berkualitas. Menjadi ironi jika konsumsi protein oleh penduduk Jateng masih
rendah bila dibanding rata-rata konsumsi di Indonesia,”katanya Rabu (25/1/2017)
di Semarang.
Menurut Karsono, dalam 10 Program Gizi Seimbang (10 PGS)
disebutkan salah satunya yaitu mengonsumsi lauk-pauk yang mengandung protein
tinggi. Selain dipastikan tingkat konsumsinya, perlu menjadi perhatian pula
pemerataan akses konsumsi protein di Jateng.
“Sebagai contoh, pada 2016, konsumsi protein hewani di
Kabupaten Purbalingga yaitu 5,83 gram perkapita per hari. Sedangkan rerata
asupan protein Jateng sebesar 34,6 gram, sungguh ketimpangan yang jauh,”ujar
legislator Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jateng ini.
Lebih lanjut, Karsono mengungkapkan bahwa sesuai amanat
Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab VIII mengamanatkan
bahwa upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan
dan masyarakat antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan
perilaku sadar gizi, peningkatan akses serta mutu pelayanan gizi dan kesehatan
sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
“Sehingga berbicara gizi, tidak hanya melulu bagaimana
mengkonsumsi makanan yang bernutrisi, namun lebih penting tentang bagaimana
akses mendapatkan makanan yang bergizi tersebut, dan saat ini masih terjadi
ketimpangan dalam pemerataan pangan dan gizi di Jateng,”tuturnya.
Baca juga : Pemerintah Diminta Tak Tutup Mata Lihat Harga Cabai Meroket
Saat ini, kata Karsono, konsumsi protein hewani penduduk
Jateng berasal dari daging, ikan maupun telur.
Selain protein, kata Karsono, yang tak kalah penting dalam 10 PGS adalah
ketersediaan air bersih, akses air bersih untuk minum dan berperilaku sehat
serta sanitasi layak.
Saat ini, menurut data statistik air bersih BPS (Badan Pusat
Statistik) Jateng tahun 2015 tentang presentase rumah tangga menurut sumber air
minum sumur terlindung masih ada 17 kabupaten/kota di Jateng yang angkanya
masih dibawah rata-rata provinsi yaitu sebesar 29,82 persen.
“Oleh karena ketimpangan tersebut di atas, diharapkan
pemerintah provinsi mulai meningkatkan evaluasi dan pengendalian perwujudan
ketahanan pangan termasuk konsumsi protein dan akses air bersih di seluruh
kabupaten dan kota,”ujar legislator asal Purbalingga ini.
Upaya ini, kata Karsono, untuk mendukung sebaran produksi
pangan yang merata di seluruh masyarakat di kabupaten/ kota dalam rangka
mewujudkan pemenuhan gizi dan makanan Jateng yang baik. “Pada akhirnya, tidak
ada lagi kabupaten/kota di Jawa Tengah yang konsumsi pangan, baik dari vitamin,
protein, karbohidrat dan air yang tertinggal jauh dari kabupaten/kota yang
lain,”pungkasnya.(*)
0 comments:
Post a Comment