Roda Gilaz, Misteri – Keberadaan Lumpur Kesongo yang berada di Area Perhutani KPH Randublatung Blora, terletak di Petak 141 RPH Padas BKPH Trembes, tak lepas dari cerita misteri mengenai asal usulnya, yang dikaitkan dengan Joko Linglung yang menjelma sebagai sosok ular ketika bertapa.
Bahkan, hingga
sekarang cerita mistis mengenai Lumpur Kesongo masih cukup kental. Tak jarang,
kawasan Lumpur Kesongo menjadi tujuan sebagian orang untuk mengambil pesugihan
ataupun ritual lain. Sebagai persembahannya adalah kepala kerbau atau kepala
sapi, diletakkan di tempat tersebut.
Kawasan yang
sebenarnya memiliki potensi wisata seperti Bleduk Kuwu di Grobogan, kini justru
terkesan angker dengan cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat. Seperti
halnya yang diceritakan Kristiyono, yang tempat tinggalnya berdekatan dengan
kawasan Lumpur Kesongo, tepatnya di Dusun Sucen, Desa Gabusan, Kecamatan Jati,
Blora.
Kristiyono
mengaku mendapatkan cerita ini dari Mbah Amat, Juru Kunci Taman Lumpur Kesongo.
Semenjak kawasan tersebut menjadi tempat tujuan oleh beberapa orang yang ingin
hajatnya dikabulkan, maka tak jarang penampakan-penampakan makhlus halus muncul
di tempat tersebut.
“Mbah Amat sudah
seringkali menemui penampakan makluk halus seperti kuntilanak dan pocong. Belum
lagi suara keluarnya lumpur kecil yang terus menerus membuat suasana Lumpur
Kesongo menjadi makin mencekam,” cerita
Kristiyono.
Ditambah lagi,
katanya, sebelah barat kawasan Lumpur Kesongo merupakan tempat penguburan PKI
pada tahun 1965 yang membuat penampakan makhluk astral semakin banyak ditemui.
Banyak korban PKI yang di kubur di kawasan tersebut.
Menurutnya, warga
sekitar yang beraktivitas di sekitar Kawasan Lumpur Kesongo seperti bercocok
tanam dan mencari kayu bakar, sering menemui penampakan makluh halus, entah itu
di siang hari maupun di malam hari. “Jika malam hari, sering dijumpai pocong
dan kuntilanak, sementara kalau siang hari sering di jumpai banaspati dan
kepala manusia yang terbang berkeliaran. Warga sekitar menyebutnya pepekan,”
imbuhnya.
Perlu diketahui,
Lumpur Kesongo ini bermula dari legenda Ki Joko Linglung yang datang di kawasan
tersebut untuk melakukan pertapaan. Pada pertapaannya itu, Ki Joko Linglung
menjelma menjadi seekor ular yang sangat besar. Pertapaan ini memakan waktu
bertahun-tahun lamanya, sehingga tubuh ular penjelmaan Ki Joko Linglung
tertutup oleh pepohonan dan tanaman
merambat. Berdasarkan pesan sang guru, selama bertapa Ki Joko Linglung dilarang
makan, kecuali ada sesuatu yang masuk kedalam mulutnya. Dalam pertapaannya,
ular penjelmaan Ki Joko Linglung membuka mulutnya, sehingga terlihat seperti
mulut gua.
Suatu ketika, datanglah sepuluh anak
pengembala mengembalakan sapinya di daerah tempat Ki Joko Linglung
bertapa. Tiba-tiba terjadi hujan lebat
sehingga sepuluh pengembala itu mencari tempat berteduh. Secara tidak sengaja,
salah satu dari sepuluh pengembala tersebut ada yang menemukan gua. Kemudian
dia mengajak teman-temannya untuk berteduh di gua yang ditemukannya. Namun satu
dari teman mereka tidak mau masuk ke dalam gua tersebut.
Pada saat
berteduh, sembilan pengembala tersebut tidak menyadari kalau gua tempat mereka
berteduh merupakan mulut dari ular penjelmaan Ki Joko Linglung yang sedang
bertapa. Di dalam gua sembilan anak tesebut memukul-mukulkan goloknya ke
dinding gua. Karena terkejut dan kesakitan dengan adanya orang yang masuk ke
dalam mulutnya, ular jelmaan Ki Joko Linglung pun menutup mulutnya, dan
sembilan pengembala tadi pun tertelan ke dalam perut ular penjelmaan Ki Joko
Linglung.
Satu teman mereka
yang tidak masuk ke dalam mulut gua tersebut kaget melihat kejadian itu. Dan Ki
Joko Linglung yang telah kekenyangan setelah memakan sembilan anak pengembala
tersebut mengeluarkan air liur dari mulutnya. Hal itu, karena dia telah
berpuasa bertahun-tahun lamanya. Air liur Ki Joko Linglung yang jatuh ke
tanah secara menakjubkan menjadi
letupan-letupan sumber lumpur yang ke luar dari perut bumi.
Setelah merasa
kenyang, Ki Joko Linglung pun kembali melanjutkan proses pertapaannya dengan
masuk ke perut bumi. Sumber lumpur yang ke luar dari perut bumi itu, sampai
saat ini terus ke luar dengan lokasi yang berpindah-pindah.Pada saat tertentu
terjadi letupan yang besar dan berlangsung seharian. Masyarakat sekitar
menyakini lokasi lumpur yang berpindah-pindah itu merupakan tempat pertapaan Ki
Joko Linglung
Satu anak
pengembala yang selamat itu pun pulang ke desanya. Dia kemudian menceritakan semua kejadian yang dialaminya
bersama teman-temannya. Tempat semburan lumpur tersebut akhirnya dinamakan
Kesongo atau Pesongo yang berasal dari
kata apesnya cah songgo (sialnya anak sembilan). Dikarenakan cerita tentang
kesaktian Ki Joko Linglung dan tempat pertapaannya tersebut berkembang di
masyarakat luas, maka tempat ini pun sampai sekarang merupakan tempat yang
banyak dikunjungi orang untuk melakukan ritual permohonan berkah kepada Ki Joko
Linglung agar diberi kesuksesan dunia. (*)
Sumber : MuriaNewsCom
0 comments:
Post a Comment